Wisuda STT Anugrah Indonesia

Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia telah mewisuda para sarjana Teologi dan P.A.K dan siap untuk pelayanan di masyarakat guna membangun masyarakat Indonesia seutuhnya.

Visitasi BAN-PT

Asessmen BAN-PT untuk akreditasi Ssekolah Tinggi Anugrah Indonesia tanggal 22-23 Nopember 2017.

Ibadah Pelantikan

Pelantikan Penanggung jawab wilayah Palopo dan Toraja serta pelantikan panitia seminar Internasional STTAI yang akan di selenggarakan september 2018.

Pimpinan STT Anugrah

Foto bersama Para Dosen STTAI dan yayasan Tafcia. Mereka adalah para hamba Tuhan yang handal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pelayanan di Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia, dengan tanpa rasa lelah demi mendidik dan memperlengkapi para pelayan Tuhan lainnya, dan demi bangsa ini.

Pengabdian Masyarakat

STT Anugrah Indonesia melaksanakan Tri Darma Perguruan tinggi sesuai dengan mandat pendidikan di Indonesia. Salah satu dari Tri darma tersebut adalah pengabdian masyarakat. karena itu kami juga melaksanakan seminar-seminar untuk memberikan wawasan teologi kepada masyarakat Kristen bekerjasama dengan pihak gereja.

Jumat, 04 Mei 2018

Akreditasi BAN-PT







Sertifikat Akreditasi Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia (STTAI)  Surabaya telah diterimakan kepada Pembina Yayasan Tafcia Indonesia oleh Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) untuk STTAI Surabaya, program Sarjana Teologi.
Kiranya STTAI semakin berkembang dalam pendidikan teologi di Indonesia dan semakin menjadi berkat. Haleluya.

Minggu, 25 Maret 2018

Banjir bandang pertama kali di dunia-Kisah Nabi Nuh

Nuh seorang yang benar (Kejadian 6:9, צַדִּיק - TSADIQ , adalah seorang anak dari Lamekh yang memiliki pribadi  beriman (Ibrani 11:7, της κατα πιστιν δικαιοσυνης - hê kata pistin dikaiosunês, harfilah "kebenaran sesuai dengan iman'), dan mempunyat persekutan dengan Allah, seperti dinyatakan oleh uraian 'dia hidup bergaul dengan Allah' (Kejadian 6:9). Dia juga digambarkan sebagai seorang yang tidak bercela di antara orang-orang sezamannya' (Kejadian 6:9). Umurnya 500 tahun sewaktu anaknya yang pertama lahir (KejADIAN 5:32), 600 thn sewaktu air bah timbul (Kejadian 7:11), dan meninggal pada usia 950 tahun (Kejadian 9:28, 29).
Menurut tafsiran Kejadian 6:3 yang dapat dipercaya, bersama dengan 1 Petrus 3 :20, sewaktu Nuh berusia 4S0 thn, Allah memberitahukan kepadanya, bahwa Dia akan memusnahkan manusia dari muka bumi, tapi Dia akan memberikan periode anugerah selama 120 tahun. Waktu itu Nuh harus membangun bahtera yang di dalamnya Nuh akan menyelamatkan keluarganya yang terdekat, dan hewan pilihan yg mewakili hewan lainnya (Kejadian 6:13-22). Mungkin sekali pada waktu itulah Nuh berkhotbah, tapi tidak ada pertobatan maka air bah datang dan memusnahkan semuanya, kecuali Nuh dan ketiga anaknya dengan istri masing-masing (Kejadian 7:7; 1 Petrus 3:20). Seusai air bah, Nuh yang mungkin sekali petani sebelumnya, membuat kebun anggur (Kejadian 9:20, yang dapat diterjemahkan 'Nuh, orang petani itu, membuat kebun anggur'). Nuh mabuk dan berkelakuan tidak senonoh di dalam kemahnya. Ham melihat ayahnya telanjang, memberitahukannya kepada kedua saudaranya, yang menutupinya dcngan sehelai kain. Mungkin sekali Kanaan, anak Ham, berbuat sesuatu yang tidak sopan terhadap kakeknya, sebab Nuh mengutuknya sesudah dia sadar dari mabuknya (Kejadian 9:20-27: lihat artikel HAM, di bawah).
Nabi Nuh mempunyai tiga anak lelaki : Sem, Ham dan Yafet (Kejadian 5:32; 9:18-19; 10:1), yang lahir sebelum air bah, dan yang menemani dia masuk ke dalam bahtera. Sesudah air bah mereka tersebar ke seluruh negeri  (Kejadian 9:19).
Pilihan Allah untuk keselamatan
Empat puluh hari empat puluh malam lamanya air bah itu turun; air itu naik dan mengangkat bahtera itu, sehingga melampung tinggi dari bumi (Kejadian 7:17). Air bah ialah luapan air yang ditimbulkan Allah pada zaman Nuh untuk memusnahkan segala-galanya dari muka bumi, kecuali kelompok kecil yang terpilih. Peristiwa itu ditulis dalam Kejadian 6-8. Kata yang dipakai dalam PL untuk menerangkan peristiwa ini ialah מַבּוּל - MABUL, beberapa ahli menafsirkan kata ini berasal dari kata יָבַל - YABAL, yang bermakna mengalir. Di luar cerita dalam Kejadian 6-11 kata ini hanya terdapat dalam Mazmur 29:10, dan karena itu harus diterima artinya sebagai air meluap secara besar-besaran, seperti yang dibicarakan dalam Kitab Kejadian. Dan air bah surut setelah seratus lima puluh hari lamanya (Kej. 8:3).
Isi Bahtera Nuh
Delapan orang diselamatkan dalam bahtera itu, yaitu Nuh beserta ketiga anaknya Sem, Ham dan Yafet. dan keempat istri mereka (Kejadian 6: 18: 7:7. 13: 2; Petrus 2:5). Di dalam bahtera Nuh juga diisi pasangan binatang jantan dan betina dari tiap  jenis binatang, termasuk binatang haram (Kejadian 6:19-20; 7:8-9, 14-15), namun ada tambahan 12 ekor binatang:  6 ekor jantan dan 6 ekor betina dari yang tahir dan menurut dugaan binatang itu  untuk makanan dan korban persembahan (7:2-3). Makanan untuk semua penghuni bahtera ini disimpan juga dalam kapal. Tak ada disebut mengenai binatang-binatang laut.
Turunnya air bah
Tatkala Nuh dengan keluarganya sudah masuk di dalam bahtera itu. Allah menutupnya di belakang Nuh (7: 16). lalu mencurahkan air ke bumi. Air ini datang dalam bentuk hujan (7:4. 12) dan dengan kekuatan yg demikian rupa sehingga Alkitab mengatakan, 'terbukalah tingkap-tingkap di langit' (7:11), suatu kiasan yang berbicara banyak. Permukaan air naik juga dari bawah, seperti dilukiskan dalam ungkapan 'terbelah segala mata air samudera air (tehomi yg dahsyat' (7:11), tapi ini mungkin hanyalah ungkapan kiasan, seperti yg diisyaratkan oleh pemakaian kata tehom, yg biasanya terdapat dalam syair, jadi tidak ada gunanya mencari gejala-gejala geologi dalam ungkanan ini.
Surutnya Air bah
Allah mengingat Nuh di dalam bahtera dan Allah membuat air terus-menerus surut,  sampai bahtera itu kandas di atas pegunungan Ararat (8:4). Untuk mengetahui apakah sudah aman untuk keluar dari bahtera terlebih dahulu dilepaskan oleh Nuh seekor burung gagak dan burung tersebut tidak kembali lagi mungkin mendapat daging bangkai sebagai makanan. dan bertengger di atas atap bahtera itu (8:7). Kemudian Nuh melepaskan burung merpati dua kali.  Burung merpati kedua membawa kembali sehelai daun zaitun, yang menandakan bahwa air sudah surut.  Daratan  menjadi kering,  sudah tersedia cukup makanan bagi semua binatang itu (8:8-11). Ketiga kalinya dilepaskan burung merpati tapi tidak kembali lagi (8:12). maka ia menganggap sudah waktunya untuk keluar dari bahtera. dan hal ini diperintahkan Allah kepadanya. Lalu Nuh mempersembahkan korban bakaran dari setiap binatang dan burung yang tahir dan Allah bersumpah tidak akan mendatangkan air bah lagi. (8:21: Yesaya 54:9). Kemudian Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya (9:1) dan mengokohkannya dalam suatu perjanjian (9:11 ), dan tandanya adalah pelangi yang kelihatan di awan-awan (9:13- 17).
Kesimpulan
Itulah sejarah singkat tentang peristiwa air bah dan kisah Nabi Nuh. Allah telah berjanji bahwa hal yang sama tidak akan terjadi untuk kedua kalinya. Kita harus ingat, peristiwa munculnya pelangi sehabis peristiwa air bah mengingatkan kita bahwa karakter Kristus dan kasih Allah masih dapat kita rasakan hingga saat ini. Sebagai umat Kristen,  kita pun harus juga menjadi anak-anak Tuhan yang baik, yang taat pada perintah-Nya. Tujuannya agar Tuhan tidak lagi murka kepada manusia di bumi.

Daftar Putaka
Browning W.R.F,Kamus Alkitab,(Jakarta : BPK Gunung Mulia,2017)
De HEER J. J,Nama-nama pribadi dalam Alkitab,(Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1983)
Sumber : http://www.sarapanpagi.org/nuh-sem-ham-yafet-vt325.com
Walker D. F,Konkordasi Alkitab, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004)


Sejarah Kehidupan Hosea

PENDAHULUAN
Hosea adalah teman sezaman dengan Amos yang lebih muda, Hosea bernubuat bahwa pada masa akhir nanti Israel akan kembali mencari Daud dan kemudian akan bergabung dengan dengan Yehuda dan mengakui Daud sebagai rajanya. Hosea adalah anak Beeri yang berasal dari suku Yehuda. Hosea yang artinya adalah “Keselamatan ada pada Tuhan” atau “Tuhan adalah keselamatan” merupakan seorang Nabi di Israel pada abad ke-8 SM yang tampil sesudah Nabi Amos. Dia adalah salah satu dari dua belas Nabi dalam kitab sucu Ibrani atau Perjanjian Lama. Nabi Hosea tinggal di Israel, Kerajaan Utara dan ia bernubuat selama kira-kira 50 tahun.[1]
LATAR BELAKANG KEHIDUPAN HOSEA
Hosea berada dalam sebuah masa di mana bangsa Israel sedang mengalami kekacauan akibat tidak mengandalkan Tuhan. Ia berada pada masa tahta kerajaan Asyur sedang direbut oleh seorang yang bernama Tiglath-Pileser III. Zaman kemakmuran raja Yerobeam pun berubah menjadi zaman kekecewaan. Dalam situasi seperti ini Israel justru tidak mengandalkan Tuhan tetapi mengandalkan kekuatan bangsa lain dengan cara bersekutu dengan Asyur. Ia juga hidup dan melihat bagaimana bangsa Israel dikalahkan dan dibuang setelah penyerangan bangsa Asyur yaitu pada masa 722 Sebelum Masehi. Israel mengalami kemakmuran dan kemenangan ketika berada dibawah pemerintahan Yorebeam II. Yorebeam II memerintah selama 41 tahun. Namun, di balik kemakmuran dan kemenangan tersebut terdapat korupsi dan kemerosotan spiritual merajalela. Hal ini menyebabkan keadaan ekonomi dan moral bangsa Israel semakin memburuk. Keadaan tersebut membuka jalan pada kejatuhan Israel. Selain itu, realitas sosial yang terjadi pada saat itu juga tidak cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan penekanan baik oleh pemilik tanah juga raja kepada petani. Hal ini menyebabkan para petani melakukan migrasi dari peternakan ke kota.[2]
SEJARAH KEHIDUPAN HOSEA
Selama pelayanan Hosea sebagai Nabi, Kerajaan Utara sedang mangalami kemakmuran yang sangat besar dan perluasan wilayahnya. Ini disebabkan oleh kemerosotan Aram dan Moab yang mengakibatkan kerajaan Utara dapat menguasai sebagian besar jalur perdagangan timur-barat di kawasan tersebut. kemakmuran inilah yang mengakibatkan turunnya moral dan rohani. Materialisme memikat hati banyak orang dan dosapun mulai masuk dalam setiap aspek kehidupan. Dosa-dosa tersebut dapat dilihat seperti mencuri, membunuh, mabuk, penipuan, dusta, dan perzinahan.
Kerajaan itu juga tidak taan kepada Tuhan. Mereka menyembah ilah-ilah lain dan melupakan Tuhan. Mereka membuat patung emas untuk menyembah kepada dewa Baal. Dalam seperti itulah, Allah mengutus hambaNya, Hosea, untuk memperingatkan bangsa itu agar berbalik kepada Tuhan. Hosea menyampaikan pesan Tuhan kepada orang-orang di Israel, pada masa yang sulit sebelum kerajaan itu jatuh pada tahun 721 SM. Ia sangat prihatin memikirkan keadaan orang Israel, terutama karena mereka menyembah berhala dan tidak setia kepada Tuhan.
Kehidupan Hosea sangat menarik karena kehidupannya merupakan cerminan hubungan Allah dengan Israel. Pada awal pelayanan Hosea, Allah memerintahkan Nabi Hosea untuk mengawini wanita sundal dan memperanakkan anak-anak sundal. Hal ini menunjukkan kehidupan umat Isreal yang waktu itu talah “bersundal” dengan membelakangi Allah. Umat Israel telah meninggalkan Allah dan menyembah kepada dewa Baal.
Pada awal pernikahan Nabi Hosea dengan Gomer binti Diblaim, Tuhan memberi mereka seorang anak dan menamakan bayi itu Yizreel. Penamaan anak Hosea pun merupakan gambaran kondisi bagaimana hubungan umat Israel dengan Allah. Nama Yizreel sebenarnya menunjukkan kepada suatu  lembah yang dijaikan sebagai tempat tinggal raja Israel Utara. Di Hosea 1:4-5, Allah berfirman: berilah nama Yizreel kepada anak itu, sebab sedikit waktu lagi maka Aku akan menghukum keluarga Yehu karena hutang darah Yizreel dan Aku akan mengakhiri pemerintahan kaum Israel. Maka pada waktu itu Aku akan mematahkan busur panah Israel dilembah Yizreel. Nama ini berarti untuk menyatakan bahwa Allah akan segera menghukum keluarga Yehu, yaitu raja Israel Utara, dan pemerintahannya akan berakhir.
Setelah kelahiran Yizreel, Hosea melihat perubahan pada diri Gomer. Dia menjadi tidak tenang dan tidak bahagia. Ketika Hosea pergi berkhotbah dan berusaha mendorong bangsa Israel untuk kembali dan percaya kepada Tuhan untuk keselamatan, Gomer semakin kurang tertarik dalam pelayanan Hosea. Dia mulai mencari kesibukan lain dan menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah. Ketidakhadiran Gomer dirumah menumbuhkan kecurigaan tentang ketidak setiaan pada Hosea. Hal ini terlihat ketika Gomer mengandung lagi dan Hosea yakin kalau anak itu bukan darinya. Walaupun Hosea mengatahui hal tersebut, kasih Hosea kepada Gomer tidak berubah dan dengan arahan Tuhan, dia menamakanny, Lo-Ruhama, yang berarti tidak dikasihi. Penamaan anak kedua inipun terkait dengan ketersesatan Israel dari kasih Tuhan dan mereka tidak lagi dikasiho dan diampuni oleh Tuhan (Hos 1:6).
Tidak lama setelah itu, Gomer mengandung lagi dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Tuhan menyuruh Hosea menamakannya Lo-Ami yang berarti bukan umatku. Untuk menunjukkan bahwa umat Israel tidak lagi berstatus sebagai umat Allah dan Allah telah menolak mereka untuk menjadi umatNya (Hos 1:8-9). Kelahiran bayi juga menunjukkan dosa yang dilakukan Gomer bahwa anak yang dilahirkan di rumah Hosea juga bukanlah anaknya.
Suatu ketika, Gomer meninggalkan Hosea dan pergi dengan  kekasihnya yang lain kerena mereka menjanjikan hal yang lebih berlimpah. Hosea mencoba menghentikannya beberapa kali namun tetap saja pergi. Suatu kali, Hosea membawanya kembali dan mengampuninya. Namun, pertobatannya hanya berlangsung singkat dan dia bersundal lagi dengan kekasih barunya. Walaupun Gomer bertindak seperti itu, Hosea tetap menatikannya pulang dan dengan setia menunggu Gomer kembali sebagai istrinya yang setia. Dia percaya Tuhan bisa melakukannya. Suatu hari, ia mendengar berita bahwa Gomer telah dibuang oleh kekasihnya. Gomer telah menjual istrinya kedalam perbudakan. Hosea ingin melupakannya tapi ia tidak bisa.
Tuhan berfirman: Pergilah lagi, cintailah perempuan yang sundal yang suka bersundal dan berzinah, seperti juga Tuhan mencintai orang Israel sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis. Lalu Hosea membawanya dari perbudakan dengan 15 shikal perak dan 13 homer jelai. Kemudian dia berkata kepadanya, “lama engkau harus diam pada ku dengan tidak bersundal dan dengan tidak menjadi kepunyaan seorang laki-laki; juga kau ini tidak akan bersetubuh dengan engkau” (Hos 3:3). Dia membayarnya, membawanya kerumah, dan mengembalikan kedudukannya sebagai istri. Hosea tetap mengasihi Gomer walaupun ia seorang pezinah.
Nabi Hosea diutus Allah untuk memberitakan firman Allah bukan hanya melalui perkataan dan pengajarannya, tetapi dia juga bersedia menjadikan kehidupan pribadinya untuk terlibat secara total. Kehidupan Hosea bukan merupakan kehidupan seorang biasa karena melalui hidupnya, Allah ingin menyatakan bahwa dia Allah yang tetap mengasihi dan setia kepada umatNya. Kehidupan pribadi dari nabi Hosea dipakai oleh Allah untuk menunjukkan situasi dan kehidupan umat Israel yang membelakangi Allah.[3]
 KESIMPULAN
Hubungan perkawinan Hosea sendiri memberikan gambaran yang jelas mengenai hubungan antara Allah dan Israel. Allah mengasihi Israel dan bahkan pada waktu mereka meninggalkan Dia dan menyembah dewa-dewa lain, Allah masih mengasihi mereka dan rindu untuk memulihkan mereka menjadi umat-Nya kembali. Oleh karena penderitaan yang dialaminya, Hosea dapat menjelaskan betapa Allah menderita karena kasih-Nya kepada umat yang tidak setia. Oleh karena itu, Hosea menyerang penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang Israel dan memanggil mereka untuk bertobat serta kembali menyembah Allah yang mengasihi mereka dan yang dengan penuh sukacita akan mengampuni mereka serta memulihkan mereka.


[1] Pdt. Dr. S.M. Siahaa, Pengharapan Mesias dalam Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990). 19.
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Hosea
[3] https://www.scribd.com/doc/58240089/Biografi-Hosea

Oleh: Simon Andreas Silitonga  sebagai tugas mata kuliah Introduksi Perjanjian Lama

Kamis, 22 Maret 2018

Pelantikan Ketua STTAI


Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yesus, telah terpilih dan dilantik ketua Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia ( STTAI ) periode 2018-2022. Pelaksanaan pelantikan berlangsung pada tanggal 19 Maret 2018 di Gedung GBI CENTRO  Kompleks Citra Indah Jalan KH. Mukmin 11 Sidoarjo - Jawa Timur. di awali dengan Ibadah yang dilayani oleh jemaat GBI CENTRO dan Firman Tuhan Oleh Dr. David Lazuardi. Pelaksanaan pelantikan dilaksanakan dengan pembacaan SK Yayasan tentang pengangkatan Dr. Efraim Da Costa, S.H., M.Th. sebagai Ketua STTAI oleh Max Pangemanan, M.Th. dan penyerahan SK Yayasan oleh Dr. Tan Lie Lie, M.Pd.K., dilanjutkan pelantikan oleh pembina yayasan Tafcia Indonesia Pdt. Dr. Alvonce Poluan,M.Pd.K. dengan ditandai penganugerahan Gordon ketua STTAI. Pengambilan janji setia jabatan ketua STTAI oleh Dr. dr. Sukoparjono,M.Th. berjalan dengan hikmat. Penuh sukacita para hadirin yang menghadiri pelantikan tersebut memberi respon dan harapan besar bagi kelanjutan dan kemajuan STTAI di masa yang akan datang. Acara serah terima jabatan dari Ketua STTAI periode 2014-2018 Dr.Dicky A. Kandau, M.Th., M.Pd.K, D.Min kepada Ketua STTAI periode 2018-2022  Dr. Efraim Da Costa, S.H., M.Th. dilaksakan dengan penandatangan berita acara serah terima jabatan dan dengan penyerahan berkas STTAI. Sambutan dari para pejabat aras gereja telah memberikan dukungan yang sangat positip bagi STTAI,  antara lain oleh ketua PGPI Jatim Dr. Rudolf Palimpung, Ketua BAMAG LKKI Ir. Agus Susanto, sambuta juga diberikan oleh pejabat kemenag Surabaya dan Kemenag Sidoarjo.
Di tengah-tengah acara tersebut Dr. Wododo memberikan presentasi tentang KKNI perguruan tinggi yang memberikan dorongan kepada STTAI untuk terus maju dan menjadi perguruan tinggi teologi yang unggul dan tanggung jawab gereja untuk turut serta andil dalam pelaksanaan pendidikan tinggi di Indonesia yang semakin berkembang.