Sertifikat Akreditasi Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia (STTAI) Surabaya telah diterimakan kepada Pembina Yayasan Tafcia Indonesia oleh Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) untuk STTAI Surabaya, program Sarjana Teologi.
Jumat, 04 Mei 2018
Akreditasi BAN-PT
Sertifikat Akreditasi Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia (STTAI) Surabaya telah diterimakan kepada Pembina Yayasan Tafcia Indonesia oleh Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) untuk STTAI Surabaya, program Sarjana Teologi.
Kiranya STTAI semakin berkembang dalam pendidikan teologi di Indonesia dan semakin menjadi berkat. Haleluya.
Minggu, 25 Maret 2018
Banjir bandang pertama kali di dunia-Kisah Nabi Nuh
Maret 25, 2018anak-anak nuh, bahtera nuh terkandas, banjir bandang, banjir besar, hewan dalam bahtera, kisah nabi nuh
Nuh seorang yang benar (Kejadian 6:9, צַדִּיק -
TSADIQ , adalah seorang anak dari Lamekh yang memiliki pribadi beriman (Ibrani 11:7, της κατα πιστιν
δικαιοσυνης - hê kata pistin dikaiosunês, harfilah "kebenaran sesuai
dengan iman'), dan mempunyat persekutan dengan Allah, seperti dinyatakan oleh
uraian 'dia hidup bergaul dengan Allah' (Kejadian 6:9). Dia juga digambarkan
sebagai seorang yang tidak bercela di antara orang-orang sezamannya' (Kejadian
6:9). Umurnya 500 tahun sewaktu anaknya yang pertama lahir (KejADIAN 5:32), 600
thn sewaktu air bah timbul (Kejadian 7:11), dan meninggal pada usia 950 tahun
(Kejadian 9:28, 29).
Menurut tafsiran Kejadian 6:3 yang dapat dipercaya,
bersama dengan 1 Petrus 3 :20, sewaktu Nuh berusia 4S0 thn, Allah
memberitahukan kepadanya, bahwa Dia akan memusnahkan manusia dari muka bumi,
tapi Dia akan memberikan periode anugerah selama 120 tahun. Waktu itu Nuh harus
membangun bahtera yang di dalamnya Nuh akan menyelamatkan keluarganya yang
terdekat, dan hewan pilihan yg mewakili hewan lainnya (Kejadian 6:13-22).
Mungkin sekali pada waktu itulah Nuh berkhotbah, tapi tidak ada pertobatan maka
air bah datang dan memusnahkan semuanya, kecuali Nuh dan ketiga anaknya dengan
istri masing-masing (Kejadian 7:7; 1 Petrus 3:20). Seusai air bah, Nuh yang
mungkin sekali petani sebelumnya, membuat kebun anggur (Kejadian 9:20, yang
dapat diterjemahkan 'Nuh, orang petani itu, membuat kebun anggur'). Nuh mabuk
dan berkelakuan tidak senonoh di dalam kemahnya. Ham melihat ayahnya telanjang,
memberitahukannya kepada kedua saudaranya, yang menutupinya dcngan sehelai
kain. Mungkin sekali Kanaan, anak Ham, berbuat sesuatu yang tidak sopan
terhadap kakeknya, sebab Nuh mengutuknya sesudah dia sadar dari mabuknya
(Kejadian 9:20-27: lihat artikel HAM, di bawah).
Nabi Nuh mempunyai tiga
anak lelaki : Sem, Ham dan Yafet (Kejadian 5:32; 9:18-19; 10:1), yang lahir
sebelum air bah, dan yang menemani dia masuk ke dalam bahtera. Sesudah air bah mereka
tersebar ke seluruh
negeri (Kejadian
9:19).
Pilihan Allah untuk
keselamatan
Empat puluh hari
empat puluh malam lamanya air bah itu turun; air itu naik dan
mengangkat bahtera itu, sehingga melampung tinggi dari bumi (Kejadian 7:17). Air bah ialah luapan
air yang ditimbulkan Allah pada zaman Nuh untuk memusnahkan segala-galanya dari
muka bumi, kecuali kelompok kecil yang terpilih. Peristiwa itu ditulis dalam Kejadian 6-8.
Kata yang dipakai dalam PL untuk menerangkan peristiwa ini ialah מַבּוּל -
MABUL, beberapa ahli menafsirkan kata ini berasal dari kata יָבַל - YABAL, yang
bermakna mengalir. Di luar cerita dalam Kejadian 6-11 kata ini hanya terdapat
dalam Mazmur 29:10, dan karena itu harus diterima artinya sebagai air meluap
secara besar-besaran, seperti yang dibicarakan dalam Kitab Kejadian. Dan air bah surut setelah seratus lima puluh hari lamanya
(Kej. 8:3).
Isi Bahtera Nuh
Delapan orang diselamatkan dalam bahtera itu, yaitu
Nuh beserta ketiga anaknya Sem, Ham dan Yafet.
dan keempat istri mereka (Kejadian 6: 18: 7:7. 13: 2; Petrus 2:5). Di dalam
bahtera Nuh juga diisi pasangan binatang
jantan dan betina dari tiap jenis
binatang, termasuk binatang haram (Kejadian
6:19-20; 7:8-9, 14-15), namun ada tambahan 12 ekor binatang: 6 ekor jantan dan 6 ekor betina dari yang
tahir dan menurut dugaan binatang itu untuk makanan dan korban persembahan (7:2-3). Makanan untuk semua
penghuni bahtera ini disimpan juga dalam kapal. Tak ada disebut mengenai
binatang-binatang laut.
Turunnya air bah
Tatkala Nuh dengan keluarganya sudah masuk di dalam
bahtera itu. Allah menutupnya di belakang Nuh (7: 16). lalu mencurahkan air ke
bumi. Air ini datang dalam bentuk hujan (7:4. 12) dan dengan kekuatan yg
demikian rupa sehingga Alkitab mengatakan, 'terbukalah tingkap-tingkap di
langit' (7:11), suatu kiasan yang berbicara banyak. Permukaan air naik juga
dari bawah, seperti dilukiskan dalam ungkapan 'terbelah segala mata air
samudera air (tehomi yg dahsyat' (7:11), tapi ini mungkin hanyalah ungkapan kiasan,
seperti yg diisyaratkan oleh pemakaian kata tehom, yg biasanya terdapat dalam
syair, jadi tidak ada gunanya mencari gejala-gejala geologi dalam ungkanan ini.
Surutnya Air bah
Allah mengingat Nuh di dalam bahtera dan Allah membuat air
terus-menerus surut, sampai bahtera itu kandas di atas pegunungan
Ararat (8:4). Untuk mengetahui apakah sudah aman untuk keluar dari bahtera terlebih dahulu dilepaskan oleh Nuh
seekor burung gagak dan burung
tersebut tidak kembali lagi mungkin mendapat
daging bangkai sebagai makanan. dan bertengger di atas atap bahtera itu (8:7).
Kemudian Nuh melepaskan burung
merpati dua kali. Burung merpati kedua membawa kembali
sehelai daun zaitun, yang menandakan bahwa air sudah surut. Daratan menjadi kering, sudah tersedia cukup makanan bagi semua
binatang itu (8:8-11). Ketiga kalinya dilepaskan burung merpati tapi tidak
kembali lagi (8:12). maka ia menganggap sudah waktunya untuk keluar dari
bahtera. dan hal ini diperintahkan Allah kepadanya. Lalu Nuh mempersembahkan
korban bakaran dari setiap binatang dan burung yang tahir dan Allah bersumpah tidak akan
mendatangkan air bah lagi.
(8:21: Yesaya 54:9). Kemudian Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya (9:1) dan
mengokohkannya dalam suatu perjanjian (9:11 ), dan tandanya adalah pelangi yang
kelihatan di awan-awan (9:13- 17).
Kesimpulan
Itulah sejarah singkat tentang peristiwa air bah dan
kisah Nabi Nuh. Allah telah berjanji bahwa hal yang sama tidak akan terjadi
untuk kedua kalinya. Kita harus ingat, peristiwa munculnya pelangi sehabis peristiwa air bah mengingatkan
kita bahwa karakter Kristus dan kasih Allah masih dapat kita rasakan hingga saat
ini. Sebagai umat Kristen, kita pun harus juga menjadi anak-anak Tuhan
yang baik, yang taat pada perintah-Nya. Tujuannya agar Tuhan tidak lagi murka
kepada manusia di bumi.
Daftar
Putaka
Browning
W.R.F,Kamus Alkitab,(Jakarta : BPK
Gunung Mulia,2017)
De
HEER J. J,Nama-nama pribadi dalam
Alkitab,(Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1983)
Sumber :
http://www.sarapanpagi.org/nuh-sem-ham-yafet-vt325.com
Walker D. F,Konkordasi Alkitab, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004)
Sejarah Kehidupan Hosea
Hosea
adalah teman sezaman dengan Amos yang lebih muda, Hosea bernubuat bahwa pada
masa akhir nanti Israel akan kembali mencari Daud dan kemudian akan bergabung
dengan dengan Yehuda dan mengakui Daud sebagai rajanya. Hosea adalah anak Beeri
yang berasal dari suku Yehuda. Hosea yang artinya adalah “Keselamatan ada pada
Tuhan” atau “Tuhan adalah keselamatan” merupakan seorang Nabi di Israel pada
abad ke-8 SM yang tampil sesudah Nabi Amos. Dia adalah salah satu dari dua
belas Nabi dalam kitab sucu Ibrani atau Perjanjian Lama. Nabi Hosea tinggal di
Israel, Kerajaan Utara dan ia bernubuat selama kira-kira 50 tahun.[1]
LATAR
BELAKANG KEHIDUPAN HOSEA
Hosea
berada dalam sebuah masa di mana bangsa Israel sedang mengalami kekacauan
akibat tidak mengandalkan Tuhan. Ia berada pada masa tahta kerajaan Asyur
sedang direbut oleh seorang yang bernama Tiglath-Pileser III. Zaman kemakmuran raja
Yerobeam
pun berubah menjadi zaman kekecewaan. Dalam situasi seperti ini Israel justru
tidak mengandalkan Tuhan tetapi mengandalkan kekuatan bangsa lain dengan cara
bersekutu dengan Asyur. Ia juga hidup dan melihat bagaimana bangsa Israel
dikalahkan dan dibuang setelah penyerangan bangsa Asyur yaitu pada masa 722
Sebelum Masehi. Israel mengalami kemakmuran dan kemenangan ketika berada
dibawah pemerintahan Yorebeam II. Yorebeam II memerintah selama 41 tahun.
Namun, di balik kemakmuran dan kemenangan tersebut terdapat korupsi dan
kemerosotan spiritual merajalela. Hal ini menyebabkan keadaan ekonomi dan moral
bangsa Israel semakin memburuk. Keadaan tersebut membuka jalan pada kejatuhan
Israel. Selain itu, realitas sosial yang terjadi pada saat itu juga
tidak cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan penekanan baik oleh pemilik tanah
juga raja
kepada petani. Hal ini menyebabkan para petani melakukan migrasi
dari peternakan ke kota.[2]
SEJARAH
KEHIDUPAN HOSEA
Selama
pelayanan Hosea sebagai Nabi, Kerajaan Utara sedang mangalami kemakmuran yang
sangat besar dan perluasan wilayahnya. Ini disebabkan oleh kemerosotan Aram dan
Moab yang mengakibatkan kerajaan Utara dapat menguasai sebagian besar jalur
perdagangan timur-barat di kawasan tersebut. kemakmuran inilah yang
mengakibatkan turunnya moral dan rohani. Materialisme memikat hati banyak orang
dan dosapun mulai masuk dalam setiap aspek kehidupan. Dosa-dosa tersebut dapat
dilihat seperti mencuri, membunuh, mabuk, penipuan, dusta, dan perzinahan.
Kerajaan
itu juga tidak taan kepada Tuhan. Mereka menyembah ilah-ilah lain dan melupakan
Tuhan. Mereka membuat patung emas untuk menyembah kepada dewa Baal. Dalam
seperti itulah, Allah mengutus hambaNya, Hosea, untuk memperingatkan bangsa itu
agar berbalik kepada Tuhan. Hosea menyampaikan pesan Tuhan kepada orang-orang
di Israel, pada masa yang sulit sebelum kerajaan itu jatuh pada tahun 721 SM.
Ia sangat prihatin memikirkan keadaan orang Israel, terutama karena mereka
menyembah berhala dan tidak setia kepada Tuhan.
Kehidupan
Hosea sangat menarik karena kehidupannya merupakan cerminan hubungan Allah
dengan Israel. Pada awal pelayanan Hosea, Allah memerintahkan Nabi Hosea untuk
mengawini wanita sundal dan memperanakkan anak-anak sundal. Hal ini menunjukkan
kehidupan umat Isreal yang waktu itu talah “bersundal” dengan membelakangi
Allah. Umat Israel telah meninggalkan Allah dan menyembah kepada dewa Baal.
Pada
awal pernikahan Nabi Hosea dengan Gomer binti Diblaim, Tuhan memberi mereka
seorang anak dan menamakan bayi itu Yizreel. Penamaan anak Hosea pun merupakan
gambaran kondisi bagaimana hubungan umat Israel dengan Allah. Nama Yizreel
sebenarnya menunjukkan kepada suatu
lembah yang dijaikan sebagai tempat tinggal raja Israel Utara. Di Hosea
1:4-5, Allah berfirman: berilah nama Yizreel kepada anak itu, sebab sedikit
waktu lagi maka Aku akan menghukum keluarga Yehu karena hutang darah Yizreel
dan Aku akan mengakhiri pemerintahan kaum Israel. Maka pada waktu itu Aku akan
mematahkan busur panah Israel dilembah Yizreel. Nama ini berarti untuk
menyatakan bahwa Allah akan segera menghukum keluarga Yehu, yaitu raja Israel
Utara, dan pemerintahannya akan berakhir.
Setelah
kelahiran Yizreel, Hosea melihat perubahan pada diri Gomer. Dia menjadi tidak
tenang dan tidak bahagia. Ketika Hosea pergi berkhotbah dan berusaha mendorong
bangsa Israel untuk kembali dan percaya kepada Tuhan untuk keselamatan, Gomer
semakin kurang tertarik dalam pelayanan Hosea. Dia mulai mencari kesibukan lain
dan menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah. Ketidakhadiran Gomer dirumah
menumbuhkan kecurigaan tentang ketidak setiaan pada Hosea. Hal ini terlihat
ketika Gomer mengandung lagi dan Hosea yakin kalau anak itu bukan darinya.
Walaupun Hosea mengatahui hal tersebut, kasih Hosea kepada Gomer tidak berubah
dan dengan arahan Tuhan, dia menamakanny, Lo-Ruhama, yang berarti tidak
dikasihi. Penamaan anak kedua inipun terkait dengan ketersesatan Israel dari
kasih Tuhan dan mereka tidak lagi dikasiho dan diampuni oleh Tuhan (Hos 1:6).
Tidak
lama setelah itu, Gomer mengandung lagi dan melahirkan seorang bayi laki-laki.
Tuhan menyuruh Hosea menamakannya Lo-Ami yang berarti bukan umatku. Untuk
menunjukkan bahwa umat Israel tidak lagi berstatus sebagai umat Allah dan Allah
telah menolak mereka untuk menjadi umatNya (Hos 1:8-9). Kelahiran bayi juga
menunjukkan dosa yang dilakukan Gomer bahwa anak yang dilahirkan di rumah Hosea
juga bukanlah anaknya.
Suatu
ketika, Gomer meninggalkan Hosea dan pergi dengan kekasihnya yang lain kerena mereka
menjanjikan hal yang lebih berlimpah. Hosea mencoba menghentikannya beberapa
kali namun tetap saja pergi. Suatu kali, Hosea membawanya kembali dan
mengampuninya. Namun, pertobatannya hanya berlangsung singkat dan dia bersundal
lagi dengan kekasih barunya. Walaupun Gomer bertindak seperti itu, Hosea tetap
menatikannya pulang dan dengan setia menunggu Gomer kembali sebagai istrinya
yang setia. Dia percaya Tuhan bisa melakukannya. Suatu hari, ia mendengar
berita bahwa Gomer telah dibuang oleh kekasihnya. Gomer telah menjual istrinya
kedalam perbudakan. Hosea ingin melupakannya tapi ia tidak bisa.
Tuhan
berfirman: Pergilah lagi, cintailah perempuan yang sundal yang suka bersundal
dan berzinah, seperti juga Tuhan mencintai orang Israel sekalipun mereka
berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis. Lalu Hosea
membawanya dari perbudakan dengan 15 shikal perak dan 13 homer jelai. Kemudian
dia berkata kepadanya, “lama engkau harus diam pada ku dengan tidak bersundal
dan dengan tidak menjadi kepunyaan seorang laki-laki; juga kau ini tidak akan
bersetubuh dengan engkau” (Hos 3:3). Dia membayarnya, membawanya kerumah, dan
mengembalikan kedudukannya sebagai istri. Hosea tetap mengasihi Gomer walaupun
ia seorang pezinah.
Nabi
Hosea diutus Allah untuk memberitakan firman Allah bukan hanya melalui
perkataan dan pengajarannya, tetapi dia juga bersedia menjadikan kehidupan
pribadinya untuk terlibat secara total. Kehidupan Hosea bukan merupakan
kehidupan seorang biasa karena melalui hidupnya, Allah ingin menyatakan bahwa
dia Allah yang tetap mengasihi dan setia kepada umatNya. Kehidupan pribadi dari
nabi Hosea dipakai oleh Allah untuk menunjukkan situasi dan kehidupan umat
Israel yang membelakangi Allah.[3]
KESIMPULAN
Hubungan
perkawinan Hosea sendiri memberikan gambaran yang jelas mengenai hubungan
antara Allah dan Israel. Allah mengasihi Israel dan bahkan pada waktu mereka
meninggalkan Dia dan menyembah dewa-dewa lain, Allah masih mengasihi mereka dan
rindu untuk memulihkan mereka menjadi umat-Nya kembali. Oleh karena penderitaan
yang dialaminya, Hosea dapat menjelaskan betapa Allah menderita karena
kasih-Nya kepada umat yang tidak setia. Oleh karena itu, Hosea menyerang
penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang Israel dan memanggil mereka untuk
bertobat serta kembali menyembah Allah yang mengasihi mereka dan yang dengan
penuh sukacita akan mengampuni mereka serta memulihkan mereka.
[1] Pdt. Dr. S.M. Siahaa, Pengharapan Mesias dalam Perjanjian Lama,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990). 19.
[2]
https://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Hosea
[3] https://www.scribd.com/doc/58240089/Biografi-Hosea
Oleh: Simon Andreas Silitonga sebagai tugas mata kuliah Introduksi Perjanjian Lama
Oleh: Simon Andreas Silitonga sebagai tugas mata kuliah Introduksi Perjanjian Lama
Kamis, 22 Maret 2018
Pelantikan Ketua STTAI
Di tengah-tengah acara tersebut Dr. Wododo memberikan presentasi tentang KKNI perguruan tinggi yang memberikan dorongan kepada STTAI untuk terus maju dan menjadi perguruan tinggi teologi yang unggul dan tanggung jawab gereja untuk turut serta andil dalam pelaksanaan pendidikan tinggi di Indonesia yang semakin berkembang.